Untung Surono (Bimo) : Sejarah Kaca Benggala untuk Melihat ke Depan
Jakarta Utara, DKI Jakarta –
Untung Surono yang biasa akrab disapa Bimo, di jagat dunia media khususnya majalah adalah Pimpinan Umum/Penanggung Jawab Majalah BIN’S (Bhayangkara Indonesia News). Tetapi ada sisi lain yang mau kita kenalkan tentangnya, ternyata ia adalah seorang kolektor barang-barang langka atau antik.
Ada ratusan benda bersejarah ditempatkan di kantornya yang berukuran 3 x 7 m2, bahkan ada juga yang ditempatkan di rumah. Jadi kalau kita bertandang ke kantornya kita bagai datang ke sebuah galeri benda bersejarah, dimana kita akan menemukan barang-barang bernilai sejarah yang tinggi.
Baginya, “Sejarah sebagai kaca benggala untuk melihat ke masa depan atau untuk memperbaiki diri. Agar kehidupan kita lebih baik. Sebagaimana slogan Soekarno The Founding Father kita mengatakan Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah,” ungkap Untung Surono yang biasa dipanggil akrab dengan Bimo.
Ketertarikan Bimo dengan barang-barang antik ini karena hobi sejak kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen “La Bora”. Jadi memang selain hobi Bimo juga ingin memberikan pembelajaran kepada generasi muda agar tahu tentang masa lalu.
Koleksi di galerinya ada telepon Siemens tahun 1962 yang biasa dipakai oleh inteligen Jerman. Ada juga Jam Besi Kuning dari Kedu tahun 1881, Lonceng VOC Abad 18, pedang VOC Abad 19, lukisan Gubernur DKI Henk Ngantung, lukisan Kaca Cirebon tahun 1940, Jam tahun 1881, koin-koin kuno dan masih banyak koleksi lainnya.
Koleksi yang ia kumpulkan tersebut bukan berbicara tentang bendanya tetapi storynya yang bernilai tinggi dan memiliki kisah tersendiri.
Ketika ditanya mengenai perhatian bangsa Indonesia terhadap sejarah, Bimo mengungkapkan, “Kacau balau, banyak yang melupakan sejarah. Baik sejarah kerajaan, sejarah berdirinya bangsa, sejarah the founding father. Belum lagi banyak sejarah-sejarah yang dikaburkan, khususnya di era orde baru banyak sejarah dikaburkan,” ungkapnya.
Memang tidak semua sejarah dikaburkan, menurut istilah sejarah tergantung penguasanya. Tetapi yang jelas ke depannya pemerintahan Jokowi dan selanjutnya harus melihat pentingnya budaya dan sejarah, karena negara kita ini lahir dari budaya-budaya itu sendiri yaitu Budaya Nusantara. Mulai dari ujung Sumatera hingga ujung papua memiliki Budaya masing-masing.
Berbicara lagi tentang koleksi barang-barang antik yang dikoleksi Bimo tentu membutuhkan perjuangan waktu dan uang. Maka pesan yang ingin disampaikan seorang Bimo kepada bangsa ini khususnya generasi muda, “Seperti Soekarno katakan Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah. Dan jangan lupa sejarah itu bukan masa lalu tetapi untuk melihat ke depan,” jelasnya.
Sebagai contoh sejarah seorang anak bangsa, seorang Jokowi bagaimana dia menciptakan sejarah bagaimana dari seorang yang tinggal di pinggiran di kota Solo, bagaimana dia mengalami penggusuran. Tetapi kini ia dapat membangun infrastruktur yang luar biasa dan bagaimana ia mengedepankan masyarakat. Jangan lihat sekarangnya tetapi nanti 5 sampai 10 tahun ke depan.
Kini infrastrukutr yang dibangun Jokowi sangat bermanfaat khususnya di Papua yang harga semen, bensin berapa puluh ribu coba bayangkan oleh Jokowi harganya disamakan seperti di Pulau Jawa. Itu luar biasa, itulah fungsi sejarah di masa lalu sebagai kaca benggala untuk melihat ke depan sambil tersenyum. Senyumnya menggambarkan harapan akan masa depan yang baik jika bangsa ini mau belajar dari sebuah sejarah pasti negeri ini akan menjadi bangsa yang besar. Semoga!
(Reporter : Johan Sopaheluwakan)
White Paper Tiroid: Deteksi dan Skrining Dini Mencegah Dampak Penyakit Tiroid pada Ibu Hamil dan Bayi Baru Lahir
White Paper Tiroid: Deteksi dan Skrining Dini Mencegah