C.H.Lestari Hadiri Diskusi “Membangun Ekonomi Sirkular: Riset, Inovasi & Solusi Kebijakan”.
Jakarta, Indonesiatodays.com
KONEKSI menggelar diskusi bertajuk CONNECT! #6 dengan tema ” Membangun Ekonomi Sirkular :Riset, Inovasi Dan Solusi Kebijakan” pada Jumat (28/2/2024) di Hotel Morrissey, Menteng, Jakarta Pusat dimana acara ini membahas bagaimana ekonomi sirkular bukan sekadar tren, melainkan solusi untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Dengan merancang ulang sistem, mengurangi limbah, dan memperpanjang siklus hidup produk, ekonomi sirkular diharapkan dapat mengoptimalkan sumber daya, mendorong inovasi, serta menciptakan peluang ekonomi baru.
Diskusi ini menghadirkan berbagai pembicara, baik secara langsung maupun daring. Beberapa narasumber yang hadir di antaranya: Andi Rizaldi, S.T, M.M, (Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri, Kementerian Perindustrian (Keynote Speaker), Tim Stapleton (Minister Counsellor for Governance and Human Development Kedutaan Besar Australia di Jakarta (Opening Remarks), Gita Syahrani, Ketua Earth Centered Economy Coalition (Moderator), Prof. Diego Ramirez (Profesor Arsitektur Fakultas Seni dan Desain, Monash University), Dr. Dwinanti Marthanty (Peneliti Utama di Fakultas Teknik, Universitas Indonesia), Priyanto Rohmattullah, SE, MA (Direktur Lingkungan Hidup, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas), Agus Rusly, S.PI., M.Si, (Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), C.S Lestari (Pendiri Bersalingsilang)
Chintya Suci Lestari (Founder Bersalingsilang) mengatakan ; “Kami adalah komunitas yang mengajak masyarakat untuk bisa gaya hidup berkelanjutan maupun gaya hidup minimalis sejak tahun 2018, kalo berbicara masalah sampah itu yaitu dilihat dari sisi Pemerintah bahwasanya Pemerintah sendiri harus punya andil dalam bentuk kebijakan dan regulasi baik untuk industri maupun masyarakat kita sendiri hanya saja dalam membuat kebijakan Pemerintah diharapkan dapat melibatkan komunitas-komunitas lokal supaya kebijakan yang nantinya dibuat dapat juga sesuai dengan masalah dari masing-masing daerah karena disetiap daerah justru beda kebutuhannya maupun beda natrulisasinya agar biar lebih efektif kebijakannya.
Kemudian juga dari masyarakat sendiri karena sampah itu tidak pernah selesai masalahnya karena masyarakat sendiri juga didorong oleh industri yang cepat dan industri yang berkembang terus menerus sehingga menimbulkan namanya konsumsi yang cepat dan mungkin belum merata dari sampah-sampah tersebut yang merupakan tanggung jawab masyarakat ketika beli barang maka bukan barangnya yang kita miliki tetapi tanggung jawab sampahnya adalah tanggung jawab kita semua untuk dikelola atau dipilih untuk diberikan kepada bank sampah terdekat dimana kalo di Kota Jakarta sudah ada peraturan untuk di setiap RW harus punya Bank Sampah.
Adapun untuk realisasinya masalah sampah saya sendiri melihat adanya beberapa progres dari Pemerintah terkait sustainabilty dimana untuk saat ini sudah mulai banyak kerjasama untuk membangkitkan kembali bank sampah walaupun baru ada di kota-kota besar seluruh Indonesia. Sedangkan untuk diwilayah kota-kota kecil didaerah malah masih banyak yang bermasalah seperti belum dapat bank sampahnya bahkan belum dapat kesadarannya maupun edukasinya terkait dari pegolahan sampah itu sendiri hanya karena masyarakat sekitarnya belum memahami akan dikemanakan lagi sampah-sampah tersebut, maka dari itu untuk di daerah-daerah kota tersebut perlu adanya kolaborasi pemda-pemda dengan masyarakat dan komunitas pemerhati sampah.
Permasalahan anggaran agar perlu adanya bank sampah disetiap daerah yang saya berharap dengan terkendala adanya efisiensi anggaran Pemerintah saat ini bisa dialokasikan yang benar-benar dibutuhkan, apalagi Pemerintah ingin adanya Net Zero menuju Indonesia Emas 2045 maupun bisa dialokasikan ke ranah persampahan yang juga sifatnya darurat dimana sekarangpun sampah di Indonesia sudah luar biasa banyak sekali yang tidak memungkin mengandalkan petugas sampah pemprov dalam membersihkan sampah di sungai atau kali dan kita juga butuh kebijakan yang lebih digalakkan kembali baik untuk industri yang juga harus bertanggung jawab atas sampahnya dalam memproduksi barang-barang konsumen maupun masyarakat tetapi harus sesuai dengan kebutuhannya masyarakat itu sendiri seperti salah satu Bank Sampah,” tutupnya.