Persaudaraan Segala Ciptaan Berhadapan Dengan Ledakan Penduduk Bumi.

Persaudaraan Segala Ciptaan Berhadapan Dengan Ledakan Penduduk Bumi.

- in Featured, Opini & Analisa
25
0

Persaudaraan Segala Ciptaan
Berhadapan Dengan Ledakan Penduduk Bumi.

 

Oleh: Merphin Panjaitan.

 

Pendahuluan.

 

Manusia lahir sebagai bayi; kemudian bertumbuh menjadi anak-anak, selanjutnya menjadi remaja dan dewasa; dan setelah itu kawin. Banyak dari antara perempuan kawin pada usia dini; dan keluarga yang masih remaja ini melahirkan bayi, dan seterusnya. Siklus kehidupan manusia dengan perkawinan dini, pada awalnya berjalan biasa, karena angka kematian juga tinggi; yang saya maksud dengan perkawinan dini dalam tulisan ini adalah perkawinan pertama perempuan pada usia 24 tahun ke bawah. Banyak bayi lahir, tetapi pada waktu yang sama, banyak juga manusia mati; terjadi keseimbangan antara angka kelahiran dan angka kematian. Tetapi kemudian, mahluk berpikir yang bernama manusia ini, kerja keras dan berpikir kreatif; membuat berbagai macam peralatan untuk memudahkan kehidupannya; dan terjadilah Revolusi Politik, Revolusi Ilmiah dan Revolusi Industri. Industri menghasilkan obat dan alat kesehatan, dengan kuantitas dan kualitas yang semakin baik; bersamaan dengan itu, para peneliti meningkatkan ilmu kedokteran. Derajat kesehatan masyarakat meningkat, angka kematian menurun, usia harapan hidup semakin panjang; kesejahteraan masyarakat meningkat; dan semua ini terlihat sebagai sukses besar manusia.
Bersamaan dengan kemajuan Peradaban Barat, banyak bangsa-bangsa di Asia, Afrika dan Amerika Selatan, yang juga ikut menikmati kemajuan di atas; ikut pesta kemajuan manusia ini tetapi tidak melihat bahaya dibalik sukses besar ini. Mereka tetap saja menjalankan perkawinan dini, suatu kebiasaan lama, yang pada awalnya ikut berperan dalam mempertahankan keberadaan manusia. Mempertahankan keberadaan manusia; mengimbangi tingginya angka kematian dengan meningkatkan angka kelahiran. Tetapi sekarang, setelah derajat kesehatan masyarakat membaik, sebagai hasil kemajuan ilmu kedokteran, angka kematian menurun. Seharusnya, bersamaan dengan sukses besar ini, angka kelahiran manusia juga harus diturunkan, antara lain dengan menunda usia perkawinan perempuan yang disertai dengan penguatan perempuan.

Sayangnya, banyak bangsa-bangsa di Asia, Afrika dan Amerika Selatan terlambat sadar, dan penduduk bumi yang pada tahun 1930 masih 2 M, pada tahun 2023 meledak menjadi sekitar 8 M; penduduk bumi berlipat empat dalam waktu kurang dari satu abad.

 

Ledakan penduduk mengakibatkan kerusakan bumi; kerusakan bumi mengancam keutuhan ciptaan, termasuk tumbuhan, hewan dan manusia; dan semuanya itu membangkitkan Revolusi Kesadaran Kedua. Revolusi Kesadaran Kedua melahirkan nilai Persaudaraan Segala Ciptaan, yang menyadarkan manusia bahwa bumi dan segala isinya adalah ciptaan Tuhan; bersaudara sebagai sesama ciptaan Tuhan, yang saling membutuhkan. Dan untuk memelihara keutuhan segala ciptaan, manusia dengan bermodalkan Persaudaraan Segala Ciptaan berjuang bersama menghentikan ledakan penduduk bumi. PERSAUDARAAN SEGALA CIPTAAN berhadapan dengan LEDAKAN PENDUDUK BUMI.

Persaudaraan Segala Ciptaan.
Revolusi Kesadaran Kedua terjadi sejak puluhan tahun lalu, melengkapi Revolusi Kesadaran Pertama. Manusia mulai sadar, bahwa walaupun manusia berbeda dari hewan, tumbuhan, dan ciptaan lainnya, mereka adalah bagian integral dari ciptaan ini; kehidupan manusia sangat tergantung pada kelestarian hewan, tumbuhan dan ciptaan lainnya; manusia membutuhkan makanan, air dan udara. Sejak bom atom diledakkan di Nagasaki dan Hirosima, manusia mulai berpikir ulang; mulai menyadari bahwa ada yang salah dalam pola pikir dan perilaku bersama umat manusia; mulai menyadari bahwa kekeliruan penerapan ilmu dan teknologi bisa menghancurkan bumi dan segala isinya, termasuk manusia itu sendiri. Pengembangan ilmu dan teknologi serta penerapannya di segala bidang kehidupan juga harus dalam kerangka keutuhan ciptaan, bumi, hewan, tumbuhan dan ciptaan lainnya. Manusia harus mau dan mampu kerjasama; gotongroyong memelihara bumi dengan segala penghuninya, manusia, tanah, air, udara, bukit, gunung, lembah, hewan, tumbuhan, hutan, semak belukar, sungai, danau, pantai, laut dan ciptaan lainnya. Manusia menyadari bahwa kekeliruan penerapan ilmu dan teknologi bukan membawa kemajuan, tetapi justru mengancam keberadaan bumi, hewan, tumbuhan dan manusia itu sendiri; manusia mulai memasuki Revolusi Kesadaran Kedua, yang mengingatkan manusia akan kodratnya sebagai ciptaan, yang walaupun mampu menjadi pintar dengan teknologi canggih, manusia tetap saja bagian dari ciptaan, yang untuk bertahan hidup membutuhkan kehadiran ciptaan lainnya. Manusia tidak bisa hidup sendiri, baik 2 juta tahun yang lalu, kini, ataupun 2 juta tahun mendatang. Manusia menerima tugas dan tanggungjawab melanggengkan bangsa manusia; menatalayani bumi serta isinya untuk kecukupan hidup manusia dan mahluk hidup lain; memelihara bumi serta isinya agar tetap baik seperti semula. Manusia menjalani kehidupannya di muka bumi, dan untuk menjamin kehidupannya itu manusia harus memelihara bumi secara cerdas dan bertanggungjawab. Antara manusia dan bumi terjadi interaksi yang selaras dan saling menghidupi, dan di dalam proses interaksi ini dari ke dua belah pihak tidak ada yang boleh kalah. Kalau bumi kalah dan kemudian rusak, keberadaan dan kehidupan manusia terancam; dan kalau manusia kalah, manusia bisa punah atau peradabannya tidak berkembang. Oleh karena itu, dalam interaksi bumi-manusia, sebaiknya
manusia dan bumi secara bersama-sama menjadi pemenang, dan dengan demikian bumi tetap lestari dan manusia beserta peradabannya dapat berkembang; dan untuk itu manusia harus mengakui persaudaraannya dengan bumi, yaitu persaudaraan sebagai sesama ciptaan. Dan agar manusia mampu menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai penatalayan atas segala ciptaan, Tuhan menganugerahkan akal, nurani dan iman kepada manusia, disertai dengan semangat persaudaraan.

Persaudaraan Segala Ciptaan adalah pengakuan manusia bahwa manusia dengan ciptaan lainnya bersaudara. Persaudaraan manusia dengan ciptaan lainnya memberi hak kepada ciptaan lainnya untuk menerima perlakuan persaudaraan dari manusia, dalam bentuk perhatian dan pemeliharaan yang layak dari saudaranya yang bernama manusia. Manusia harus mampu merasakan penderitaan hewan, tumbuhan dan ciptaan lainnya, dan berbuat sesuatu untuk menghilangkan atau mengurangi penderitaan tersebut. Manusia harus mencegah terjadinya kerusakan dan penderitaan ciptaan lainnya; dan kalau sudah terjadi, yang biasanya akibat dari kecongkakan dan kebodohan manusia sendiri, manusia harus segera menjalankan rehabilitasi yang cukup, agar kondisinya pulih dan menjadi baik seperti semula.

Persaudaraan segala ciptaan memberi hak kepada ciptaan lainnya untuk menerima sikap persaudaraan dari manusia, dalam bentuk perhatian dan pemeliharaan yang layak dari saudaranya manusia. Manusia harus mau dan mampu merasakan penderitaan hewan, tumbuhan dan ciptaan lainnya, dan berbuat cukup untuk menghilangkan atau mengurangi penderitaan tersebut. Manusia harus mencegah terjadinya kerusakan dan penderitaan ciptaan lainnya; dan kalau sudah terjadi, yang biasanya akibat dari kecongkakan dan kebodohan manusia sendiri, manusia harus segera menjalankan rehabilitasi yang cukup, agar segera pulih dan menjadi baik seperti semula. Berdasarkan pemikiran ini, pemeliharaan bumi adalah sikap dan tindakan persaudaraan manusia terhadap bumi dan segala isinya, dan untuk itu pemeliharaan bumi harus menjadi prioritas dalam semua kegiatan manusia; dalam kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan; dan dalam kegiatan antar negara. Dan kalau pemeliharaan bumi gagal, persaudaraan manusia dengan ciptaan lainnya terkoyak, bencana akan terjadi dan yang paling menderita adalah manusia.
Persaudaraan segala ciptaan menjadi keharusan untuk keutuhan ciptaan, dan sebaliknya rusaknya persaudaraan ini akan mengancam keutuhan segala ciptaan itu sendiri, termasuk manusia. Keutuhan ciptaan membutuhkan persaudaraan segala ciptaan; persaudaraan sesama manusia. Untuk itu manusia harus membarui diri, meninggalkan kesombongannya dan merendahkan diri dihadapan Tuhan; menerima dan menjalankan Injil Yesus Kristus; dan mengabarkan Injil Yesus Kristus kepada segala bangsa.
Berdasarkan pemikiran di atas, pelestarian bumi adalah sikap dan tindakan persaudaraan manusia terhadap bumi dan segala isinya. Pelestarian bumi harus mendapat prioritas dalam semua kegiatan manusia, baik dalam kegiatan kemasyarakatan, kegiatan kenegaraan, dan dalam kegiatan antar negara. Kalau pelestarian bumi gagal, bencana akan terjadi dan kehidupan terancam; dan yang paling menderita adalah manusia. Persaudaraan

Segala Ciptaan memberi hak kepada ciptaan lainnya mendapatkan sikap persaudaraan dari manusia, dalam bentuk perhatian dan pemeliharaan.
Persaudaraan segala ciptaan menuntut pembaruan pola pikir dan perilaku manusia, antara lain: Pertama, Masyarakat harus dengan sepenuh hati memelihara bumi agar bumi selalu baik, karena bumi serta isinya ini adalah ciptaan dan milik Tuhan yang diciptakan-Nya dalam keadaan baik, dan kemudian kepada manusia diberi kepercayaan menatalayaninya untuk kemuliaan Tuhan dan keutuhan ciptaan; Kedua, Penghormatan terhadap kehidupan manusia harus disertai dengan penghormatan terhadap kehidupan mahluk lain dan juga keutuhan bumi itu sendiri; Ketiga, Masyarakat meninggalkan gaya hidup konsumeristis, dan menggantikannya dengan gaya hidup baru yang secukupnya, kerja keras dan kreatif, demi perdamaian dan keadilan; Keempat, Masyarakat dan negara berhemat menggunakan sumberdaya bumi, dan lebih banyak menggunakan energi terbarukan seperti energi sinar matahari, energi angin, energi dari tumbuhan, dan energi sampah. Dan disertai dengan pengembangan industri dan instalasi daurulang; Kelima, Masyarakat dan negara mengurangi kecepatan pertumbuhan penduduk, karena daya tampung bumi ada batasnya; Keenam, Masyarakat dan negara perlu lebih giat melaksanakan penangkaran hewan dan tumbuhan langka; Ketujuh, Masyarakat perlu segara sadar bahwa ketamakan adalah kesalahan berat dan oleh karena itu harus ditinggalkan. Kaum tamak harus keluar dari perangkap ketamakan yang telah menjerat mereka, segelintir anak manusia yang lupa diri ini.
Perkawinan Dini Mengakibatkan Ledakan Penduduk.

Dua juta tahun lalu, diperkirakan penduduk bumi kurang dari 1 juta; awal Revolusi Pertanian, 12000 tahun lalu, diperkirakan tidak lebih dari 10 juta. Pada awal Masehi penduduk Bumi diperkirakan sekitar 250 juta jiwa, dan pada tahun 1830: 1 M. Selanjutnya penduduk dunia bertumbuh dengan cepat, pada tahun 1930: 2 M, 1960: 3 M, 1975: 4 M, 1986: 5 M, 1990: 5,3 M, 2000: 6,1 M, 2010: 6,9 M, 2015: 7,3 M, 2019: 7,7 M. Tahun 2023: 8 M. Pertumbuhan penduduk bumi pada awalnya lambat, tetapi, kerja keras dan kreatifitas manusia membuat berbagai macam alat untuk memudahkan kehidupannya; dan terjadilah Revolusi Politik, Revolusi Ilmiah dan Revolusi Industri. Industri menghasilkan obat dan alat kesehatan, dengan kuantitas dan kualitas yang semakin baik; bersamaan dengan itu, para peneliti meningkatkan ilmu kedokteran. Derajat kesehatan masyarakat meningkat, angka kematian menurun, usia harapan hidup semakin panjang. Banyak bangsa-bangsa di Asia, Afrika dan Amerika Latin ikut menikmati kemajuan Barat; ikut pesta kemajuan manusia, tetapi tidak melihat bahaya dibalik sukses besar ini; mereka tetap saja menjalankan perkawinan dini.
Dalam tulisan ini, yang saya maksud perkawinan dini adalah perkawinan pertama perempuan pada usia 24 tahun ke bawah; sebagai perbandingan, di banyak negara maju, perkawinan pertama perempuan sebagian besar pada usia 25 tahun ke atas; dan umumnya angka pertumbuhan penduduk rendah, dan bahkan ada yang angka pertumbuhannya di sekitar 0 % per tahun. Saya melihat, perkawinan dini di Indonesia adalah hasil rekayasa sosial; suatu tindakan diskriminatif yang menomor-duakan perempuan dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Masyarakat dan negara sering mengkondisikan perempuan sekedar menjadi “orang rumahan”.

Data BPS: Pada tahun 2013, usia perempuan melangsungkan perkawinan pertama kalinya: Usia 10-15 : 11,00 %; Usia 16-18 : 32,19 %; Usia 19-24 : 43,95 %; Usia 25 + : 12,86 %. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2020: Usia perempuan melangsungkan perkawinan pertama kalinya: 10 – 15 tahun: 8, 19 %. 16 – 18 tahun: 26, 55 %. 19 – 24 tahun: 48, 59 %. 25 tahun ke atas: 16, 67 %. Data di atas memperlihatkan, usia perkawinan pertama perempuan Indonesia terlalu banyak pada usia dini. Pada tahun 2013, 12, 86 % kawin pada usia 25 tahun ke atas, dan pada tahun 2020 hanya meningkat sedikit, menjadi 16, 67 %; dan selebihnya kawin pada usia 24 tahun ke bawah. Akibatnya, di Indonesia terjadi ledakan penduduk, pada tahun 1930 penduduk Indonesia sekitar 60 juta, 1960: 87,79 juta, 1970: 114,8 juta, 1980: 147,5 juta, 1990: 181,4 juta, 2000: 211,5 juta, 2010: 242,5 juta, dan pada 2020: 270 juta.

Pada tahun 1830: penduduk bumi 1 M orang, dan pada tahun 1930 meningkat menjadi 2 M; dalam 1 abad penduduk bumi meningkat menjadi 2 kali lipat. Pada tahun 1930 pnduduk bumi 2 M dan pada tahun 2023 meningkat menjadi 8 M; dalam waktu kurang dari 1 abad, penduduk bumi meningkat 4 kali lipat. Berdasarkan fakta di atas, kalau strategi penghentian ledakan penduduk bumi yang di jalankan masyarakat manusia se dunia tidak cukup kuat, saya perkirakan angka pertumbuhan penduduk bumi yang sekarang ini 1 % per tahun, penurunannya akan sangat lambat, yaitu dalam 1 abad penduduk bumi masih meningkat menjadi 2 kali lipat, sama seperti periode tahun 1830 sd 1930.

Dari tahun 1830 sd 1930, dalam 1 abad, penduduk bumi meningkat menjadi 2 kali lipat; dari tahun 1930 sd 2023, dalam waktu kurang dari 1 abad, penduduk bumi meningkat menjadi 4 kali lipat; saya pikir periode waktu ini adalah puncak pertumbuhan penduduk bumi. Dalam 1 abad ke depan, yaitu dari tahun 2023 sd 2123 penduduk bumi akan meningkat menjadi 2 kali lipat, yaitu dari 8 M sekarang ini menjadi 16 M pada tahun 2123. Dan kalau ini yang terjadi, kehidupan di bumi akan punah, yaitu kehidupan manusia, tumbuhan besar dan hewan besar; barangkali yang masih hidup tinggal mikro organisme, cacing dan hewan sederhana lainnya; serta lumut, pakis dan tumbuhan sederhana lainnya.

INGAT dan JANGAN LUPA, bumi ini adalah tempat hidup bersama segala mahluk, manusia, hewan, tumbuhan dan mikro organisme; bumi adalah rumah bersama segala mahluk. Tumbuhan, hewan dan mikro organisme bisa hidup tanpa manusia; sebaliknya, manusia tidak bisa hidup tanpa tumbuhan dan hewan.

Ledakan Penduduk Menimbulkan Kerusakan Bumi.

Bumi tempat hidup bersama segala mahluk, hewan, tumbuhan dan mikro organisme; manusia tidak boleh memenuhi bumi dengan dirinya sendiri, seolah-olah bumi ini hanya milik manusia sendiri. Ingat, bumi ini milik bersama segala mahluk; jumlah manusia tidak boleh bertambah terus, karena bumi ini tempat hidup bersama segala mahluk; dan daya dukung bumi ini terbatas. Ledakan penduduk bumi menghabiskan terlalu banyak sumberdaya bumi, milik generasi sekarang dan generasi mendatang. Hewan dan tumbuhan berkurang dengan cepat, dan kalau manusia tidak mampu menahan diri, suatu waktu nanti manusia kesepian di muka bumi ini.

Kesombongan manusia terhadap ciptaan lainnya dimulai dengan ledakan penduduk; ledakan penduduk bumi membuat manusia terlalu banyak; dan manusia yang banyak ini menghabiskan terlalu banyak sumberdaya bumi, dan membuang terlalu banyak limbah.

Ledakan kemakmuran mendorong industri memproduksi terlalu banyak barang dan jasa; dan proses produksi ini mengeksploitasi sumberdaya bumi secara berlebihan, melebihi kemampuan bumi regenerasi; dan limbahnya mengakibatkan polusi udara, air dan tanah. Spesies hewan dan tumbuhan berkurang, dan kalau manusia tidak mampu menahan diri, suatu waktu nanti manusia akan kesepian di muka bumi ini. Bayangkan saja, apa yang akan terjadi, kalau jumlah penduduk bumi meningkat terus, dan bersamaan dengan itu, jumlah dan jenis hewan dan tumbuhan tetap, atau hanya meningkat sedikit.

Ledakan penduduk bumi mengakibatkan manusia penghuni bumi terlalu banyak; penduduk yang banyak ini menghabiskan terlalu banyak sumberdaya bumi; dan membuang terlalu banyak limbah. Ledakan kemakmuran mendorong industri memproduksi terlalu banyak barang dan jasa; dan proses produksi ini mengeksploitasi bumi secara berlebihan, melebihi kemampuan bumi regenerasi. Ledakan penduduk mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup, seperti: kerusakan hutan, tanah kritis, sungai dan danau yang menyempit dan dangkal. Kerusakan hutan alam di Indonesia telah mengakibatkan berbagai bencana alam, seperti longsor dan banjir di musim hujan, dan kekeringan di musim kemarau. Luas hutan semakin menyempit, menurunkan kemampuan alam menyerap air hujan, hingga mengurangi volume air tanah dan air permukaan. Pada musim hujan di lahan gundul bekas hutan terjadi erosi, dan menjadi lumpur yang hanyut ke sungai dan danau, mengakibatkan pendangkalan. Berita kerusakan bumi tampil dalam media massa, seperti perubahan iklim; polusi udara, sungai, danau dan laut; banjir dan longsor; keringan dan kekurangan air bersih; banyak jenis hewan dan tumbuhan punah. Semua ini menggambarkan bumi sedang mengalami krisis berat, dan krisis ini cepat atau lambat akan mengancam keberadaan mahluk hidup, termasuk manusia.

Berbagai ancaman terhadap bumi muncul bersamaan; ancaman lokal dan regional, seperti desertifikasi, penggundulan hutan, limbah beracun, dan pengasaman; secara global muncul ancaman perubahan iklim, menipisnya lapisan ozon, dan banyaknya spesies yang punah. Bumi sedang mengalami krisis multidimensi, antara lain: krisis lingkungan, krisis energi, dan terutama krisis pola pikir dan perilaku manusia itu sendiri. Krisis multidimensi ini terutama diakibatkan, ledakan penduduk bumi dan ledakan kemakmuran segelintir manusia. Pada akhirnya kita sampai pada kesimpulan, bahwa ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup segala mahluk di bumi, termasuk manusia, datang dari pola pikir dan perilaku manusia sendiri; dan oleh karena itu, agar manusia mau dan mampu mengatasi ancaman global ini, manusia harus mampu mengubah pola pikir dan perilakunya.

Di Indonesia telah terjadi kerusakan lingkungan hidup, seperti: kerusakan hutan, tanah kritis, sungai dan danau yang menyempit dan dangkal. Kerusakan hutan alam di Indonesia telah mengakibatkan berbagai bencana alam, seperti longsor dan banjir di musim hujan, dan kekeringan di musim kemarau. Luas hutan yang semakin menyempit, menurunkan kemampuan alam menyerap air hujan, hingga mengurangi volume air tanah dan air permukaan. Pada musim hujan di lahan gundul bekas hutan terjadi erosi, dan menjadi lumpur yang hanyut ke sungai dan danau, mengakibatkan pendangkalan. Ledakan penduduk harus segera dihentikan; usia perkawinan perempuan harus segera ditingkatkan, misalnya perkawinan pertama perempuan Indonesia pada usia 25 tahun ke atas ditingkatkan menjadi minimal 80 %. Perkawinan perempuan pada usia dini, selain mengakibatkan setiap perempuan melahirkan terlalu banyak bayi, juga mengakibatkan karir dan posisi perempuan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara terlalu rendah, tidak seimbang dengan laki-laki. Rendahnya posisi dan peran perempuan dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan ikut menyebabkan banyaknya bayi yang dilahirkan setiap perempuan; perempuan rumahan cenderung melahirkan banyak bayi, sebaliknya wanita karir tidak menghendaki banyak bayi karena akan menghambat perjalanan karirnya.
Bumi sedang mengalami krisis multidimensi; krisis ini terutama diakibatkan, ledakan penduduk bumi dan ledakan kemakmuran sebagian manusia. Banyak warga manusia menggunakan ilmu dan teknologi yang merusak bumi, tempat tinggal bersama segala mahluk; proses produksi dan konsumsi manusia menjadi beban berat bagi bumi.

Penguatan Perempuan Dan Penghapusan Perkawinan Dini.
Perempuan dan laki-laki memiliki potensi intelektual yang sama; perempuan dan laki-laki memiliki hak asasi manusia yang sama; perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan, dan jumlahnya hampir sama. Banyak perempuan tidak mendapat kesempatan mengembangkan pengetahuan dan intelektualnya, karena dikondisikan seperti itu oleh masyarakat dan negara; seolah-olah kehidupan di luar rumah hanya menjadi hak laki-laki. Pola pikir dan sikap ini justru menghambat kemajuan masyarakat dan negara, karena banyak perempuan cerdas tidak mendapat kesempatan, sementara banyak laki-laki berkemampuan biasa-biasa saja mendapat jabatan tinggi.
Penguatan perempuan bertujuan, antara lain: mendayagunakan semua potensi kekuatan bangsa secara optimal, baik laki-laki maupun perempuan; menghentikan ledakan penduduk; dan mewujudkan kesetaraan gender. Sesuai dengan pemikiran ini, posisi, peranan dan karir perempuan dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan ditingkatkan dengan cepat, hingga pada 2045 posisi perempuan dan laki-laki menjadi seimbang. Penguatan perempuan dilaksanakan antara lain dengan menunda usia perkawinan perempuan menjadi 25 tahun ke atas; meningkatkan pendidikan perempuan; meningkatkan pekerjaan dan karir perempuan; meningkatkan kehadiran perempuan dalam berbagai jabatan kenegaraan; termasuk memberi kesempatan kepada banyak perempuan menjadi Presiden dan Perdana Menteri. Dan untuk menjalankan strategi ini, perkawinan perempuan pada usia terlalu

muda harus dikurangi secepatnya, hingga lebih dari 80 % perempuan kawin pada usia 25 tahun ke atas; karir dan posisi perempuan dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan ditingkatkan menjadi berimbang dengan laki-laki. Dan untuk itu, negara dan masyarakat luas harus kerja keras; kaum laki-laki harus mau mengerti dan mendukung gerakan penguatan perempuan Indonesia; karena semuanya ini untuk kebaikan dan kemajuan bersama masyarakat Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan. Dan untuk mendukung percepatan penundaan usia perkawinan perempuan, kepada perempuan yang hingga usia 25 tahun belum kawin dan belum pernah melahirkan, Pemerintah memberi bantuan dana, misalnya RP. 50 juta,- per orang. Dengan kebijakan seperti ini, usia perkawinan perempuan di Indonesia akan segera meningkat; dan dengan demikian diperkirakan angka pertumbuhan penduduk akan turun dengan cepat; dan diharapkan pada tahun 2070 angka pertumbuhan penduduk Indonesia turun menjadi 0 % pertahun. Saya pikir, dalam upaya penguatan perempuan Indonesia, kita perlu berjuang agar mulai dari Pilpres 2029 mendatang, terpilih presiden perempuan, lima orang berturut-turut.
Negara Bumi.

Negara bangsa secara bersama-sama telah gagal mewujudkan keutuhan segala ciptaan; gagal melestarikan bumi; gagal menghentikan ledakan penduduk; gagal menghentikan perkawinan dini; gagal mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh manusia; gagal menghentikan peperangan antar negara; gagal memusnahkan semua senjata nuklir; gagal menurunkan anggaran militer; belum berhasil menemukan dan menempati Bumi Kedua, Bumi Ketiga dan seterusnya; dan setumpuk kegagalan lainnya. Manusia kini hidup dalam sekitar 200 negara; dengan kemajuan dan kekayaan berbeda; dengan jumlah penduduk sangat berbeda; dengan luas wilayah yang sangat berbeda; dengan kepentingan nasional berbeda; tetapi hidup di bumi yang sama. Dan oleh karena itu, manusia perlu membuka dialog yang tulus, terbuka, konstruktif dan produktif. Tidak ada satu bangsa pun yang mampu mengatasi krisis bumi sendirian; krisis bumi adalah krisis bersama dan kita harus mengatasinya bersama- sama; melestarikan bumi adalah tanggungjawab bersama manusia.

Saya pikir, negara bangsa saja tidak cukup, manusia dan bumi membutuhkan satu Negara Bumi. Sudah tiba waktunya, masyarakat manusia menyelenggarakan satu negara bumi; dan untuk itu dibutuhkan suatu kontrak sosial baru, yaitu kontrak sosial pendirian negara bumi, yang disepakati penduduk bumi, dan dijadikan dasar keberadaan negara bumi itu. Negara Bumi berwenang memaksakan keputusannya dengan menggunakan kekerasan, di seluruh wilayahnya. Kewenangan tersebut meliputi antara lain: menghentikan ledakan penduduk bumi; menentukan batas maksimal jumlah penduduk bumi; mengadili dan menghukum para pelaku yang terlibat dalam perkawinan dini; mengatur penggunaan sumberdaya bumi; melestarikan bumi dan menjamin keutuhan segala ciptaan.

Negara Bumi menjalankan program pelestarian bumi; krisis bumi ini harus dijadikan tantangan bersama masyarakat global, tanpa membedakan bangsa dan negara, ras dan suku, agama dan kepercayaan. Tujuannya adalah kehidupan berkecukupan segala mahluk; lingkungan kembali utuh dan bumi lestari. Gotongroyong global ini akan mengurangi kompetisi dan konflik global; akan mendekatkan berbagai kepentingan nasional yang tadinya sangat berjauhan; akan mengurangi ketimpangan global; akan mengurangi kemiskinan dan pengangguran; akan menghapus eksploitasi berlebihan terhadap bumi, dan seterusnya; dan kita bisa berharap kerusakan lingkungan segera diperbaiki dan bumi terselamatkan.

 

*Merphin Panjaitan: Penulis buku Peradaban Gotongroyong, Tuhan Memberkati Indonesia dan Revolusi Indonesia Menuntaskan Sejarahnya. Tahun 2002 sd 2017 melayani sebagai Penatua di GPIB Pasar Minggu; tahun 2015 sd 2020 dipercaya sebagai Ketua Komisi Pekabaran Injil di PGIW DKI Jakarta. Tinggal di Kel. Srengseng Sawah, Kec, Jagakarsa, Jakarta Selatan; no hp 0813 1007 6366.

 

Daftar Pustaka.

Badan Pusat Statistik, Laporan Tahunan.
Panjaitan, Merphin, 2017,

Tuhan Memberkati Indonesia, Jakarta, Penerbit Jala Permata Aksara.
…………………………….., 2021, Revolusi Indonesia Menuntaskan Sejarahnya, Jakarta, Penerbit Jala Permata Aksara.
Penerbit Balai Pustaka, 2010, Sejarah Nasional Indonesia.
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Perubahannya.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like

Jasa Raharja Jakarta Selatan Gelar Giat Pengajar Peduli Keselamatan Lalu Lintas

Jasa Raharja Jakarta Selatan Gelar Giat Pengajar Peduli